ratu

Rabu, 12 Maret 2008

Punk Kontroversi

I. Sekilas Pandang Jaringan Anti Otoritarian

Jaringan anti otoritarian pada awalnya dibentuk dari jaringan antar individu yang bersepakat untuk tetap berkomunikasi pasca “Street Art Festival” di Jakarta yang diadakan dalam rangka mengenang aksi di Seattle sekitar tahun 2004 yang berakhir dengan pembubaran event itu oleh preman-preman sewaan Pemda. Pembubaran itu samasekali tidak mendapat “tanggapan” dari “panitia” “Street Art” dan mengakibatkan terusirnya partisipan luar Jakarta. Aktivitas ini digagas (atau setidaknya begitulah yang tercantum pada “surat edaran” mereka) oleh Institute Global Justice, kelompok Taring Padi, Yogyakarta dan sebuah kelompok dari Surabaya (saya lupa namanya). Dari “kekacauan” seperti inilah lantas jaringan anti otoritarian terbentuk dengan “memusatkan” diri di Jakarta, dimana sebelumnya telah terbentuk jaringan anarkis; Jakarta Anarchist Resistance (selanjutnya disebut JAR). Pasca “Street Art”, JAR-lah yang kemudian bertransformasi menjadi “pusat” jaringan anti otoritarian. Dari sekian lama komunikasi antar individu yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, maka mereka memutuskan untuk menunjukkan keberadaan mereka melalui momen mayday.

Di Yogyakarta sendiri, jaringan anti otoritarian memiliki organnya yang berdiri sendiri; Affinitas dan Taring Padi. Affinitas berafiliasi dengan Food Not Bomb (selanjutnya disebut FNB) yang biasanya tiap beberapa bulan sekali membuka dapur umum yang membagikan makanan gratis untuk semua orang[1]. Kebanyakan individu-individu di dalam Affinitas adalah berlatar-belakang mahasiswa atau bekas mahasiswa yang tadinya tergabung dalam kelompok-kelompok aksi mahasiswa (kiri) yang lebih cenderung “berpedoman” pada Marxisme-Leninisme. Pada aksi mayday bulan mei lalu, berbagai organ anarkis tumpah di Jakarta tapi ada juga beberapa daerah yang “memiliki” organ anarkis tidak ikut ke Jakarta tapi mereka beraksi di daerahnya sendiri. Tetapi aksi itu sendiri merupakan momen tersendiri untuk bertemu muka lagi dan menegaskan kembali keberadaan mereka, hal ini bisa dilihat dari dari graffiti yang mereka buat pada saat aksi mayday (foto terlampir). Satu hal menarik yang saya perhatikan; style. Beberapa dari mereka terlihat seperti punk tetapi dalam berbagai percakapan mereka tidak mengidentifikasikan diri mereka sebagai punk. Selanjutnya saya akan mencoba membandingkan model aksi dan style antara punk (yang kebetulan juga melakukan aksi pada saat yang sama di tempat yang sama dan di barisan yang sama) dengan partisan dari jaringan anti otoritarian
posted by princez at 00.23

10 Comments:

sok ngerti boz

12 Maret 2008 pukul 01.01  

koyo ngerti2a leee....

12 Maret 2008 pukul 01.04  

hidup STREET puNKK!!!!!

14 Maret 2008 pukul 05.08  

jaringan anti otoritarian??????
ada hub.ny ngga ama veterinarian????

14 Maret 2008 pukul 05.19  

kita???lo aja kale gue ngga',lo punk abissss!!!!!!!!

14 Maret 2008 pukul 20.41  

Madammmmsorry br comment skr!Madam, gak ngerti dwuech ngomongin paan!Madam, psn gaun pengantin yechhhhh!Yuuux Madam....hdp Wadam!

14 Maret 2008 pukul 21.14  

"ni ngomongin p-an si?! ga'mudeng q...!? tapi yo wis gpp, namanya juga' Muncen bikin blog, he3...!?"

14 Maret 2008 pukul 21.19  

Selalu jangan berputus asa dan tetaplah berdoa.....

Oia, kasih coment ke blogku lagi dunks

15 Maret 2008 pukul 10.19  

salam, ...karena satu dan lain hal serta demi keamanan kami, tolong kiranya agar tulisan ini dihapus...terima kasih sebelumnya.


Jaringan Anti-Otoritarian

berita terkait : http://www.vhrmedia.com/vhr-news/berita,Ratusan-Demonstran-di-Wisma-Bakrie-Ditangkap-1681.html

3 Mei 2008 pukul 07.55  

salam, ...karena satu dan lain hal serta demi keamanan kami, tolong kiranya agar tulisan ini dihapus...terima kasih sebelumnya.


Jaringan Anti-Otoritarian

berita terkait : http://www.vhrmedia.com/vhr-news/berita,Ratusan-Demonstran-di-Wisma-Bakrie-Ditangkap-1681.html

3 Mei 2008 pukul 07.56  

Posting Komentar

<< Home